Oleh Diah Kusumawati*
Ini kejadian beberapa bulan yang lalu, sebelum diadakan pemilihan
anggota legislatif. Kakak saya yang bekerja di salah satu perusahaan Pak
Hasyim menawarkan saya untuk mengirim proposal ke beliau.
Saya memang sedang mencari sponsor untuk film bertema sosial yang hendak
dibuat berdasarkan novel saya. “Film itu cocok untuk kampanye,” begitu
ujar kakak saya. Betul juga sih, film ini memang bercerita tentang
pengalaman membina dhuafa antara lain anak-anak penyemir sepatu.
Sebagian hasilnya juga diniatkan untuk program pemberdayaan desa. Sudah
dibicarakan dengan pendiri salah satu Lembaga Zakat terkemuka di
Indonesia.
“Paling kamu nanti ditawarin jadi Caleg Gerindra,” kata kakak saya lagi.
“What? Partai yang didirikan oleh Pak Prabowo? … No Way ….sori ya, dengar namanya aja udah ilfil duluan.” demikian pikir saya.
Jangankan masukkan proposal ke orangnya partai Gerindra, ke partai lain yang lebih Islami aja saya ngga mau.
Tak disangka yang terpilih jadi Capres ya Pak Prabowo itu. Lawannya Pak
Jokowi. Waktu itu menurut saya Pak Jokowi lebih baik dari Pak Prabowo.
Tapi kalau melihat orang-orang yang disekelilingnya, partai yang
mendukungnya. Hmm harus cari info lebih lanjut nih.
Timses capres no 2 bilang, kalau Pak Jokowi jadi presiden nantinya ngga
ada Perda Islam yang akan disetujui kecuali di Aceh. Menurutnya Syariah
Islam itu bertentangan dengan UUD 45. Ada lagi yang usul, nanti kolom
agama di KTP dihilangkan. Partai pendukungnya menolak penutupan Dolly.
Bahkan demi kebebasan, belakangan malah Pak Jokowi tidak setuju situs
porno ditutup oleh Mentri Tifatul sembiring. Komunis akan diperbolehkan
di Indonesia. OMG ….apa ini?
OK. Wal hasil saya ngga dukung Pak Jokowi karena khawatir dengan hal-hal
di atas. Sempat terpikir, golput aja kali ya …. bebas dari tanggung
jawab. Tapi diam juga nanti semua dimintai pertanggung jawaban. Akhirnya
saya dukung no 1. Tapi bukan karena saya fansnya Pak Prabowo. Hanya
supaya ide-ide anehnya timses Pak Jokowi ngga terlaksana. Tapi selama
belum nyoblos keputusan masih bisa berubah khan?
Sebetulnya Pak Prabowo itu seperti apa ya? Jangan sampai kita memilih
kucing dalam karung. Saya rajin mantengin apa aja yang berhubungan
dengan Capres.
Dari Debat presiden III saya menyadari Pak Prabowo bukan tandingannya
Pak Jokowi. Pengetahuan Pak Prabowo jelas lebih luas. Tapi dari capres
no 1 ini ada satu “cacat” yang cukup mengganggu. Yang paling diributkan
orang mengenai Pak Prabowo adalah masalah penculikan. Yang saya heran,
berkali-kali dihina, diejek, dikata-katai macam-macam soal penculikan.
Pak Prabowo tidak bergeming. No Comment. Belakangan baru terdengar
jawaban-jawaban yang sangat sederhana tapi elegan. Jawabnya hanya “Tuhan
tidak tidur”. “Jangan paksa saya mengakui sesuatu yang tidak saya
lakukan.”
Ada kenalan yang bilang. “Pak Prabowo tidak terbukti bersalah dalam
kerusuhan 1998. Dia di set up. Ke mana Jendral lain pada waktu
kerusuhan? Ngapain pada keluar kota meninggalkan Prabowo sendiran.
Dipikir deh ….“.
“Kalaupun Pak Prabowo bersalah karena menjalankan tugas sebagai
prajurit. Kan seseorang bisa aja melakukan kesalahan .…. Mana ada orang
yang sama sekali ngga bersalah. Kalau kita di posisi Pak Prabowo juga
mungkin melakukan kesalahan yang sama. Tapi khan Allah memberi
kesempatan untuk bertobat,” lanjutnya.
Bener juga ya. Lagian kalau dari masalah hukum sudah jelas Pak Prabowo
lulus. Khan beliau sebelum ini sudah pernah dicalonkan jadi Wapresnya Bu
Megawati. Kok dulu ngga diributin.
Ada beberapa fakta yang menarik. Pius yang katanya pernah ‘diculik’
malah ikut Gerindra dan membela Pak Prabowo. Dia tidak sendiri, beberapa
orang yang katanya pernah diculik juga jadi pengikut setia Prabowo.
Kalau seseorang diculik tapi malah kemudian malah loyal kepada
penculiknya. Berati penculik itu baik sekali ya? Bener ngga.
OK. Bagi saya mengenai issue ini case closed. Tapi saya masih penasaran
dengan sosok kedua capres ini. Beruntung dalam masa kampanye ini banyak
sekali posting mengenai Pak Prabowo dan Pak Jokowi.
Dari postingan-postingan itu barulah terkuak sepak terjang Pak Prabowo
bersama Gerindra dari sejak beberapa tahun yang lalu. Tanpa gembar
gembor di media, tanpa pencitraan. Apa saja ya? ini beberapa
diantaranya:
1. Membina 8000 anak asuh di Papua.
2. Membebaskan TKW Wilfrida yang terancam hukuman mati di Malaysia.
3. Penyediaan sebanyak sekitar 400 ambulans gratis di seluruh Indonesia.
4. Hubungan baik dengan beberapa negara lain. Pak Prabowo bukan presiden
tapi dihargai selayaknya presiden. Dengan kepiawaiannya bicara dalam 6
bahasa, ilmu pengetahuannya yang luas dan kepandaiannya dalam
berdiplomasi, ia dihormati oleh pimpinan negara lain.
Sikap patriotik Pak Prabowo tidak dibuat-buat. Gubernur Bali, I Made
Mangku Pastika, teman seangkatan di Akabri bercerita. Waktu masih jadi
taruna, mereka pernah mendapatkan pendidikan bareng di Australia. Para
tentara ini pernah hendak diberi uang oleh pemerintah Australia, tapi
pak Prabowo menolak. Teman-temannya sampai heran, “Kenapa?”, ia menjawab
dengan tegas. “Kita bukan tentara bayaran, kenapa mesti diterima? Kita
tidak perlu menerima dari negeri asing.” Penasaran dengan cerita ini?
Buka aja link berikut.
http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/27/567/1005218/sosok-prabowo-subianto-di-mata-gubernur.
Rasanya berlembar-lembar tulisan tidak cukup untuk menunjukkan bahwa
dari sekian ratus juta penduduk Indonesia, untuk saat ini Pak Prabowo
lah yang paling layak jadi presiden. Seharusnya kita bangga memiliki
tokoh yang begitu patriotik, cerdas (IQ nya 151), sabar (gimana ngga
sabar, bertahun tahun hidup sendiri karena dipaksa pisah dengan istri
tercinta oleh mertua. Tanpa beliau menjelek2 an mertuanya itu. Sama
sekali! Wah ….kalau bahas cerita ini bisa jadi novel roman tersendiri ).
Jangan sampai aset yang sangat berharga ini kita sia-siakan. Cukuplah
kita menyia- nyiakan Pak Habibie . Ya Allah kalau mengingat Pak Habibie …
pada waktu melihat beliau dihujat di MPR …. Sampai menetes air mata
saya. Masyarakat kita ini sungguh tidak pandai menghargai orang-orang
yang berjuang untuk negerinya
Jadi keputusannya. Saya pilih no 1 karena Pak Prabowo memang pantas jadi Presiden.
Akhir kata, sekali lagi “Mohon maaf Pak Prabowo. saya selama ini sudah
suuzon kepada
bapak. Semoga bapak terpilih jadi Presiden dan bisa memegang amanah
dengan baik. Selamat berpuasa …. Semoga seluruh ummat Islam yang sedang
menikmati kasih sayang Allah di bulan Ramadhan ini ikut mendoakan yang
terbaik bagi negeri ini.
Barakallahu fikum.”
*sumber:
http://politik.kompasiana.com/2014/06/29/maaf-pak-prabowo-665111.html