photo 684833e0-d591-47c4-a639-fc4059a4a456_zps19702a59.jpg

Berita Terkini

Terkait Pencopotan Fahri Hamzah, DPW PKS Riau Solid Dukung Keputusan DPP

Kamis, 07 April 2016 | 14.38

DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Riau mendukung penuh keputusan DPP PKS terkait Pencopotan Fahri Hamzah.

“Dari tingkat DPW, DPD, hingga DPRa, dan seluruh elemen PKS solid mendukung keputusan DPP terkait masalah Fahri Hamzah,” ungkap Ketua DPW PKS Riau Hendry Munief.

Hendry melanjutkan, soliditas para kader PKS di Riau dalam mendukung ketetapan DPP saat ini menjadi penentu kualitas khidmat kepada masyarakat.

“Para kader PKS saat ini sedang fokus melakukan pelayanan atau berkhidmat kepada masyarakat. Jadi soliditas penting dalam menentukan kualitas pelayanan. Gimana mau melayani dengan baik kalau secara internal sendiri belum kompak?” lanjutnya di Pekanbaru, Kamis (07/04).

“Alhamdulillah, sejauh ini para kader PKS di Riau hingga struktur DPRa satu suara dalam mendukung keputusan DPP. Ini sinyalemen positif dimana kita bisa melanjutkan amanah sebaik mungkin dengan fokus dan terarah,” pungkas pria ramah ini. (*)


BIMA dan UJIAN KEJAMA'AHAN KITA

Selasa, 05 April 2016 | 09.31

@salimafillah
_____________________________________

Izinkan saya menyebut seorang perempuan: Niken Lara Yuwati.

Barangkali tidak banyak yang mengenal nama di atas. Tapi sosok wanita agung ini ada di balik dua perang besar; yang satu nyaris membangkrutkan VOC pada 1746-1755; yang satu lagi nyaris membangkrutkan pemerintahan jajahan Hindia-Belanda pada 1825-1830.

Niken Lara Yuwati, cucu Sultan Bima, Abdul Kahir I itu, lebih masyhur dikenal sebagai Ratu Ageng Tegalreja, permaisuri Sultan Hamengkubuwana I (1755-1792).

Beliau terampil berkuda, ahli menggunakan patrem (keris kecil), jitu dalam memanah, dan tahan mengarungi perjalanan panjang. Pada Perang Giyanti, dia mendampingi gerilya suaminya menempuh medan yang amat berat di bentangan Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Dalam masa prihatin itu, di tengah hutan lereng Gunung Sindoro beliau melahirkan sang putra yang kelak menjadi Sultan Hamengkubuwana II. Beliau pula memimpin bregada prajurit putri, satu-satunya kesatuan yang peragaan perangnya membuat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sangat terkesan dalam kunjungannya ke Yogyakarta semasa pemerintahan putranya.

Setelah merasa jalan perjuangan putranya tak segaris dengan almarhum suami tercinta, wanita baja ini memilih mengundurkan diri ke Tegalreja, membuka persawahan makmur dan menampung para 'ulama serta santri. Diasuh pula olehnya sang buyut yang lahir pada 1785, Bendara Raden Mas Musthahar yang kelak dikenal sebagai Dipanegara. Di bawah bimbingan nenek yang shalihah ini, Dipanegara tumbuh sebagai pangeran santri yang kelak mengobarkan jihad akbar untuk tegaknya agama di Jawa.

Yogyakarta, juga negeri ini, berhutang besar pada seorang srikandi dari Kesultanan Bima, di pulau Sumbawa. Sejarah berulang, dan gerakan mahasiswa serta dakwah di Era Reformasi juga berhutang besar pada ksatria dari Bima yang punya sifat begitu mirip dengan tokoh Bima dalam pewayangan; Abangnda Fahri Hamzah. Kukuh, keras, bicaranya "ngoko", tanpa basa-basi dan seceplosnya.

Saya hanyalah seorang pelajar SMP yang lugu ketika dengan sangat heroik Bang FH dan Ayahanda Dr. M. Amien Rais berboncengan bertaruh nyawa dalam hari-hari genting reformasi. Dan kisah-kisah di hari itu begitu mengilhami jalan hidup kami para muda, hingga sayapun berada di barisan dakwah di mana Bang FH berada. Bedanya tentu, beliau di penjuru depan sementara saya ada di shaff amat belakang.

Hidup berjama'ah dalam dakwah adalah pilihan untuk mengoptimalkan 'amal; sebagaimana Ayah saya yang Guru Muhammadiyyah dan Ibu saya yang lekat dengan tradisi keagamaan Nahdlatul 'Ulama. Dan saya, dengan tetap bernafas dalam atmosfir harum yang dihembuskan oleh Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy'ari maupun KH Ahmad Dahlan, mendetakkan pula jantung ini dalam balada Syaikhut Tarbiyah KH Rahmat Abdullah.

Sepanjang perjalanan dalam perhimpunan dakwah ini, Bang FH adalah model bagi kepanglimaan yang gagah, yang bernyali, yang tak gentar resiko, yang tak takut celaan dari orang-orang yang mencela.

Tapi setiap pahlawan punya kisahnya sendiri. Hari-hari ini, Bang FH kebanggaan serta kecintaan kami para muda di barisan ini; sekaligus juga Allah jadikan ujian bagi kejama'ahan kami.

Tapi bukankah seseorang dan suatu kaum memang diuji Allah dengan hal yang amat dijunjung tinggi? Ibrahim, lelaki yang penuh cinta. Maka seluruh hidupnya adalah ujian cinta. Dan dia lulus sebagai 'Kekasih Ar Rahman'. Maryam, sang perawan suci pengkhidmah Bait Suci, juga diuji dengan soal yang paling mengguncang kehormatan diri. Dan Muhammad ﷺ, lelaki yang menjunjung kejujuran dan kepercayaan, setelah 40 tahun hidup sebagai Al Amin, tiba-tiba wahyu turun lalu dia didustakan.

Tak ada manusia yang sempurna.

Saya melihat kasih nan lembut itu di wajah dzurriyah Rasulillah ﷺ yang mulia, Al Habib Dr. Salim Segaf Al Jufri, MA. Jikapun Bang FH yang akibat ketidaktaatannya pada AD/ART dan keputusan dewan pimpinan sebagaimana termaktub dalam fakta kronologisnya harus berhenti, maka beliau sangat berharap kepada masyarakat dapat dikatakan seperti ucapan 'Umar tentang pemecatan Khalid sebagai Pan
glima Utama, "Bukan kemampuan Abu Sulaiman yang aku ragukan, tapi aku mengkhawatirkan hati manusia yang terlalu memujanya." Agar semua 'aib terjaga. Agar tak perlu ada luka.

Tapi ada yang berbisik, seakan-akan Ketua Majelis Syura bertindak secara pribadi, memaksa mundur karena kepentingan pribadi. Saya dan hati Bang FH sama-sama tahu, bahwa ini bisikan yang tak dapat dibenarkan.

Saya melihat cinta nan adil itu di wajah Ketua Majelis Tahkim, Dr. Hidayat Nur Wahid. Beliau bersama segenap jajaran lain telah memberi berulangkali kesempatan, pembahasan, dan penghadiran saksi secara tertutup, agar kepada ummat dapat dikatakan seperti ucapan 'Umar tentang pemecatan Sa'd ibn Abi Waqqash sebagai Gubernur Kufah, "Demi Allah ini bukanlah karena dosa yang dilakukannya, bukan pula karena ada sifat khianat pada dirinya." Agar tak perlu ada kegaduhan yang melemahkan.

Tapi ada yang berbisik, seakan-akan lembaga ini melawan hukum dan berbuat aniaya, tak berwenang dan hanya akal-akalan seseorang saja. Saya dan hati Bang FH sama-sama tahu, bahwa ini bisikan yang menyesatkan.

Saya melihat hikmah nan sejuk itu ada di wajah Kang Sohibul Iman, Ph.D. Beliau bersama segenap unsur yang dilibatkan telah banyak menyabarkan diri, memberi permakluman, dan 'udzur meski terjadi beberapa kali, -katakanlah-, ketaktepatan janji. Agar dapat dikatakan sebagaimana ucapan 'Umar pada Yahudi yang mengadukan Gubernur Mesir 'Amr ibn Al 'Ash, "Cukup kauberikan padanya tulang yang kugaris dengan pedang ini, dia pasti akan mengerti."

Tapi ada yang berbisik bahwa seakan memang sejak awal Bang FH hanya ditumbalkan untuk merapatkan partai dakwah ke rezim penguasa. Saya maupun hati Bang FH sama-sama tahu, bahwa ini bisikan yang jahat.

Tidak boleh ada yang mengingkari jasa-jasa besar seorang Bang FH bagi dakwah dan negeri ini. Tapi bagi kita kader dakwah, kalau pembelaan pada beliau membuat kita merendahkan musyawarah kelembagaan tertinggi yang di dalamnya ada para sesepuh tercinta seperti Habibana Dr. Salim Segaf Al Jufri, Dr. Hidayat Nur Wahid, Kang Sohibul Iman, Ph.D dan berderet nama Masyaikh lain; saya teringat satu kalimat lagi dari Rasulullah ﷺ saat Khalid membantai kaum Juhainah yang ditawarinya menyerah lalu dia didebat oleh 'Abdurrahman ibn 'Auf, kemudian Khalid menyerapahinya.

"Jangan kalian mencela sahabatku. Jikapun kalian menginfakkan emas seberat Gunung Uhud, niscaya takkan menyamai satu genggam atau setengah genggam tepung mereka."

Tapi pedang Allah yang terhunus tetaplah pedang Allah yang terhunus. Tapi Bima tetaplah Bima.

Saya mengajak diri saya ini untuk menghormati semua. Jika Bang FH hendak menempuh jalur hukum, biarlah beliau memperjuangkan apa yang diyakini menjadi haknya. Takkan berkurang hormat kita atas segala sumbangsihnya bagi dakwah ini. Tapi kita kader dakwah yang ada dalam jama'ah ini tahu, cinta tak pernah boleh menghalangi sikap adil, sebagaimana perbedaan sikap takkan menafikan cinta.

"Demi Allah aku bersaksi", ujar 'Ammar ibn Yasir yang berperang di sisi Sayyidina 'Ali sementara Ummul Mukminin 'Aisyah ada di seberang dalam Perang Jamal, "'Aisyah adalah istri Rasulullah dan Ibu kita semua di dunia maupun di surga. Hanya saja sekarang Allah sedang menguji kita; apakah padaNya kita taat, atau kepadanya."

Bang FH, engkau ujian bagi kami di sisi Qiyadah kami, dan kamipun adalah ujian bagimu. Semoga kita semua lulus dengan sempurna. Uhibbuka Fillah.

kader awam lagi biasa,
@salimafillah


Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

Oleh : Anis Matta, Lc.

"Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?"

RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.

Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.

Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.

Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu? 

Pertama, 

marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.

Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, 

marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun "karena faktor setan" kita mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan
tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, 

seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar.

Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.

Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, 

sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?

Selamat MILAD PKS KE 18, 20 April 2016

Sabtu, 02 April 2016 | 06.26

Tak Ada yang Sia-sia

Selasa, 29 Maret 2016 | 20.19

By Jamil Azzaini


“… tidak ada hati yang menderita mengejar impian, karena setiap detik pengejaran adalah detik pertemuan dengan Tuhan dan keabadian.” (Paulo Coelho, The Alchemist).

Pesan yang disampaikan Paulo Coelho, novelis Brasil, itu menohok sangat dalam. Apapun yang dilakukan dengan cara yang benar dalam mengejar impian tidak ada yang sia-sia. Pasti ada hikmah di baliknya. Pasti ada manfaat yang bisa didapat. Berpeluang pula menjadi pahala bagi pelakunya.

Oleh karena itu, berlombalah menjadi sumber kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita. Untuk menjadi sumber kebaikan tidak menunggu kaya raya, tidak menunggu punya jabatan yang tinggi, tidak perlu menunggu ilmunya luas, tidak perlu menunggu menjadi public figure. Menjadi sumber kebaikan bisa dimulai dari sekarang.

Boleh jadi, kebaikan yang kita lakukan saat ini terlihat kecil. Tetapi, yakinlah, bila itu dilakukan secara konsisten dan terus bertumbuh dampaknya akan membesar. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal kecil.

Boleh saya tahu, kebaikan kecil apa yang segera Anda lakukan setelah membaca tulisan ini?

Salam SuksesMulia!


Berkhidmatuntukrakyat

Senin, 28 Maret 2016 | 10.45

UNTUKMU YANG AKAN MENIKAH (1)

Jumat, 25 Maret 2016 | 10.54

indahnya-menikah-tanpa-pacaran
Oleh: Setiyati, S.Si


Setiap manusia yang menyadari tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan normal psikisnya akan melalui fase menikah. Karena menikah bukan sekedar kebutuhan fisik dan biologis tapi lebih mulia dari itu yakni menjalankan sunnah rasul dalam rangka ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, di dalamnya terdapat setengah dari kebaikan-kebaikan orang yang belum menikah itulah mengapa dikatakan menikah itu menunaikan setengah ddien.

Seribu perasaan yang mendera seorang yang belum menikah, setiap kali pagi terbayang siapakah jodohku yang sudah Allah taqdirkan, seperti apa orangnya, dimanakah dia akan kujemput, berapa lama lagikah dan masih banyak lagi lintasan yang menghampiri pikiran mereka. Hingga ada istilah “tulang rusuk siapakah yang sedang kubawa ini” kata seorang perempuan, dan “siapakah yang membawa tulang rusukku” kata seorang laki-laki.

Semuanya ingin didapat secara ideal dan sempurna, misal ingin dapat yang ganteng dan cantik, orang kaya, keturunannya bagus, cerdas, shaleh atau shalehah, aktivis dakwah, romantis dan selalu menyenangkan. Semua harapan itu wajar diidamkan dan tidak salah jika saat membuat proposal menikah menyertakan syarat di atas. Untuk mendapatkan itu semua tidak mustahil bagi Allah SWT diberikan kepada Anda yang sedang menanti. Namun ada yang lebih penting dibanding itu semua yakni jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar.

Bila Anda ditanya, apakah Anda terbuka dan jujur dalam meminta kepada Allah SWT? Apakah Anda benar-benar telah melibatkan Allah SWT dalam setiap doa dan permintaan Anda satu persatu seperti di atas? Anda hanya butuh satu detik untuk menjawabnya.

Sadarkah Anda, mengapa aspek ilahiyah orang yang akan menikah itu sangat tinggi dibutuhkan? Anda tahu bahwa jodoh kita itu sudah dicatat di lauhul mahfuzd lima puluh ribu tahun sebelum ditiupkannya ruh di dalam rahim ibu kita, inilah yang disebut takdir. Beriman kepada Qadha dan Qadarnya Allah SWT adalah rukun iman yang wajib diimani bagi setiap mukmin, jika tidak maka tidak sempurna imannya dan rapuhlah aqidahnya. Sehingga sudah menjadi kebutuhan bagi yang akan menikah memperbaiki hubungannya kepada Allah melalui ibadah sunnah harian, kualitas cinta kepadaNya, meluruskan aqidah, mempermantap muraqabatullah, menggiatkan dakwah dan menghidupkannya melalui amanah dakwah dalam beramal jamai.

Jika Anda sudah sibuk mengingat Allah SWT dan meningkatkan dakwah dalam beramal jamai karena Allah SWT, menyerahkan segala doa dan munajat serta keputusan hanya kepada Allah SWT semata, lalu Anda tidak mendahului keputusan Allah dengan me-nge take pilihan Anda sendiri, yakinlah siapa pun yang menjadi pilihan hati Anda akan Allah berikan dengan percuma. Dengan syarat Anda tidak menyebutkan nama itu di depan manusia tapi hanya di depan Allah SWT di dalam shalat malam Anda yang khusyuk. Atau bila Allah memberikan bukan dengan orang yang Anda kehendaki maka rumah tangga Anda nanti akan menjadi rumah tangga teladan, diberkahi dan penuh cinta dan kasih sayang disebabkan Anda telah ridha menerima pilihan dari Allah SWT bukan karena nafsu.

Jika jodoh itu sudah tertulis di dalam kitab Allah Azza wajalla, berarti dia tidak akan tertukar dengan jodoh orang lain, berarti sudah ada namanya, sudah ada skenario bertemunya maka itu tergantung Anda bagaimana mengambilnya apakah dengan jalan halal atau sebaliknya jalan yang Allah murkai yakni jalan yang diharamkanNya. Hasilnya nanti akan sama itu juga jodoh kita tapi melalui jalan yang berbeda. Sabarlah wahai ikhwan dan akhawat, tempuhlah jodoh itu dengan jalan yang halal, syar’i, dengan amal jamai dan tsiqah (tenang) kepada pemimpinmu dan mengutamakan dakwah dalam membangun baitul muslim. Inilah pondasi yang harus selalu diperkokoh bagi ikhwan dan akhawat. Jangan sampai pilihan nafsu mengeruhkan mata dan hati sehingga menolak yang jernih di depan mata.

Bagi Anda yang masih lajang, ikhwan ataupun akhawat waktu luang Anda untuk membangun cinta yang kokoh kepada Allah SWT sangat banyak. Jam malam Anda untuk qiyamullail lebih banyak, tidak dipenatkan dengan anak yang rewel. Waktu tilawah Anda full bisa khatam satu juz satu hari tanpa kesibukan rumah. Shaum Anda bisa shaum daud tanpa harus meminta izin kepada siapapun untuk melaksanakannya, jam terbang Anda untuk dakwah lebih tinggi, mengisi halaqah bisa 7 kelompok, melayani ummat bisa siang malam. Itulah amal dakwah Anda yang harus diperbanyak, namun bila Anda sudah menikah kelak ada amalan keluarga yang mungkin perbuatannya sangat kecil tapi pahalanya sangat besar. Misalkan, melihat wajah pasangan dengan rasa cinta dan sayang akan mengundang rahmat Allah SWT dalam rumah tangga kita, atau mencium anak dengan cinta dan memberi nafkah kepada keluarga mempunyai fadhilah yang utama di hadapan Allah SWT.

Doa yang dilantunkan oleh orang yang banyak amal shalehnya, orang yang ikhlas dan tawakal yang tinggi maka doa itu akan sampai ke langit, doa itu akan Allah persaksikan bersama para malaikat. Insya Allah akan menjadi takdir yang indah bagi Anda. Saling mengingatkan, bahwa bila Anda sudah ada pilihan dalam hati maka serahkan pada Allah, biarkan Allah yang akan memberi jawaban baik atau burukkah dia untuk Anda. Jangan Anda kalah dengan nafsu, bila perlu menangis di depan Allah SWT di malam hari itu lebih baik untuk membersihkan cermin hati Anda yang barangkali terkotori oleh debu kehidupan.

Wallahu a’lam.

Dekat Dengan Masyarakat, DPD PKS Inhil Serahkan Bantuan Untuk Warga Musibah Kebakaran

Kamis, 24 Maret 2016 | 11.39

(Foto) Ketua DPD PKS Inhil, Ustad Sumardi saat menyerahkan bantuan kepada korban musibah kebakaran. Senin 21/3
TEMBILAHAN - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Inhil meninjau secara langsung korban musibah kebakaran yang terjadi Senin, dinihari (21/3) di Jalan Lingkar 2 Kelurahan Tembilahan Kota.

Kedatangan rombongan ini Senin sore sekitar jam 16.30 Wib dipimpin langsung Ketua DPD PKS Sumardi SAg, didampingi kepengurusan lainnya seperti Bidang Polhukam, Bidang Ketahanan Wanita, Bidang Humas dan sekretariat.

"Kedatangan kami ini adalah untuk menyerahkan secara langsung bantuan kita berupa kain untuk keperluan sehari-hari dan juga uang sumbangan dari kader dan simpatisan yang berhasil kita kumpulkan," ujar Sumardi kepada media ini.

Ia menimbahkan, apa yang dilakukan pada hari ini adalah bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang terkena musibah. Untuk itu ia berharap warga untuk sabar dan tawakkal kepada Allah atas ujian yang terjadi.

"Atas nama DPD PKS kita turut berbelasungkawa terhadap musibah yang berlaku. PKS dengan segala keterbatasan berkomitmen untuk membantu warga, karena eksisnya kita karena dukungan dari masyarakat Inhil," tambah anggota DPRD Inhil tersebut. (dit)
sumber: Spiritriau.com
 
Support : Creating Website | Jum Template | Jum Template | PKS SERIBU JEMBATAN
Copyright © 2014. SERIBU JEMBATAN ONLINE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jum Template
Proudly powered by Blogger